Menjadi ayah yang baik dalam keluarga Islam bukan sekadar memenuhi tanggung jawab sebagai pencari nafkah atau pelindung fisik semata. Lebih dari itu, peran ayah dalam rumah tangga adalah sebuah amanah besar yang memerlukan keikhlasan, kebijaksanaan, serta pemahaman mendalam terhadap ajaran agama. Dalam perspektif Islam, seorang ayah adalah pemimpin yang tidak hanya memberi petunjuk, tetapi juga menjadi contoh nyata dalam perilaku, ibadah, dan akhlak. Keteladanan ayah dalam keluarga merupakan salah satu faktor utama dalam membentuk generasi saleh dan bertakwa. Dalam banyak riwayat, Nabi Muhammad ﷺ menunjukkan bagaimana seorang ayah ideal seharusnya bersikap, baik kepada anak-anaknya maupun kepada istri.
Rasulullah ﷺ sendiri adalah sosok ayah yang penuh kasih, penyayang, dan dekat dengan anak-anaknya. Kedekatan beliau dengan Fatimah az-Zahra radhiyallahu ‘anha menjadi bukti nyata akan kelembutan dan perhatian beliau terhadap anak. Setiap kali Fatimah datang, Nabi ﷺ akan berdiri menyambutnya, menciumnya, dan mempersilakannya duduk di tempat beliau. Sikap ini menunjukkan bahwa menjadi ayah yang baik bukanlah tentang kekuasaan atau otoritas yang kaku, melainkan tentang kasih sayang, penghormatan, dan komunikasi yang hangat dalam keluarga. Hal ini menjadi cerminan penting bagi para ayah Muslim, bahwa membangun hubungan emosional yang kuat dengan anak adalah fondasi utama dalam pendidikan dan pembinaan karakter mereka.
Selain itu, peran ayah dalam pendidikan agama juga sangat vital. Ayah adalah guru pertama dalam mengenalkan tauhid, mengajarkan shalat, membiasakan zikir, serta menjelaskan akhlak mulia kepada anak-anak. Dalam Al-Qur’an, terdapat kisah Luqman al-Hakim yang memberikan nasihat penuh hikmah kepada anaknya, yang diabadikan dalam Surah Luqman ayat 13-19. Di antara nasihatnya adalah larangan menyekutukan Allah, perintah mendirikan shalat, bersikap sabar atas cobaan, dan tidak sombong dalam berjalan di muka bumi. Kisah Luqman ini menggambarkan betapa pentingnya seorang ayah sebagai pemberi nasihat, pembimbing, dan penjaga aqidah anak-anaknya.
Menjadi ayah yang baik dalam keluarga Islam juga menuntut adanya kedekatan emosional dan keterlibatan aktif dalam kehidupan sehari-hari anak. Seorang ayah yang ideal tidak menjauh dari urusan rumah tangga, melainkan hadir dan ikut terlibat, mulai dari hal kecil seperti mendengarkan cerita anak, hingga hal besar seperti memberikan keputusan dan solusi saat keluarga menghadapi masalah. Rasulullah ﷺ pun memberi contoh nyata akan hal ini. Beliau tidak merasa rendah dengan membantu pekerjaan rumah, seperti menjahit bajunya sendiri atau memperbaiki sandal. Dalam hadist riwayat Bukhari, Aisyah radhiyallahu ‘anha menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ adalah seorang yang sangat membantu keluarganya di rumah. Ini menunjukkan bahwa peran ayah bukan hanya pemimpin, tetapi juga pelayan yang penuh kasih bagi keluarganya.
Dalam keluarga Islam, seorang ayah juga memikul tanggung jawab besar sebagai penjaga moral dan etika anak-anak. Ia harus menjadi sosok yang tegas namun adil, memberi batasan yang jelas namun tidak otoriter. Anak-anak membutuhkan kejelasan dalam nilai-nilai yang harus mereka pegang, dan peran ayah dalam menanamkan nilai-nilai tersebut sangatlah penting. Dengan kelembutan yang tegas, ayah mengajarkan batasan halal dan haram, adab terhadap orang tua, serta tanggung jawab dalam kehidupan. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadist riwayat Tirmidzi, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang ayah adalah pemimpin di keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu.” Hadist ini memberikan penekanan bahwa kepemimpinan ayah bukan hanya di dunia, tetapi akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Menjadi ayah yang baik dalam Islam juga memerlukan kesabaran yang tinggi. Anak-anak adalah amanah, dan setiap anak memiliki karakter serta perkembangan yang berbeda. Seorang ayah yang baik mampu memahami perbedaan tersebut, membimbing dengan sabar, dan tidak mudah terpancing emosi dalam menghadapi kenakalan atau kesalahan anak. Rasulullah ﷺ tidak pernah membentak anak-anak, bahkan ketika mereka melakukan kesalahan. Dalam salah satu riwayat, disebutkan bahwa Hasan dan Husain pernah memanjat punggung Rasulullah ﷺ saat beliau sedang sujud. Namun beliau tidak marah, bahkan tetap dalam sujudnya hingga mereka turun sendiri. Sikap ini menjadi pelajaran besar bagi para ayah, bahwa kasih sayang dan kelembutan jauh lebih efektif dalam mendidik daripada kekerasan atau bentakan.
Di sisi lain, ayah juga perlu menjadi pendukung utama istri dalam menjalankan perannya sebagai ibu. Hubungan antara suami dan istri yang harmonis akan berdampak besar terhadap kesejahteraan psikologis anak-anak. Seorang ayah yang baik tidak hanya memperhatikan anak, tetapi juga menjaga komunikasi dan kasih sayang terhadap ibu dari anak-anaknya. Rasulullah ﷺ dikenal sangat romantis kepada istri-istrinya, termasuk saat membantu mereka dalam urusan rumah tangga. Dalam hadist riwayat Ahmad, disebutkan bahwa beliau bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap istrinya, dan aku adalah yang terbaik terhadap istriku.” Kalimat ini menegaskan bahwa peran ayah dalam keluarga tidak hanya vertikal kepada anak, tetapi juga horizontal dalam membina hubungan suami istri yang penuh cinta dan penghormatan.
Keutamaan menjadi ayah yang baik dalam Islam juga dijanjikan pahala yang besar. Setiap nafkah yang diberikan kepada keluarga, jika disertai niat ikhlas karena Allah, akan menjadi sedekah yang berpahala. Dalam hadist riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika seseorang menafkahkan sesuatu kepada keluarganya dengan niat untuk mendapatkan pahala, maka itu dihitung sebagai sedekah baginya.” Maka dari itu, seorang ayah seharusnya tidak merasa berat atau terbebani dalam mencari nafkah, sebab setiap tetesan keringatnya menjadi bagian dari ibadah yang mulia.
Dalam menghadapi tantangan zaman, peran ayah justru semakin krusial. Arus globalisasi, teknologi, serta berbagai nilai baru yang terus berkembang bisa menjadi ancaman jika tidak ada bimbingan yang kuat dari dalam keluarga. Seorang ayah yang bijaksana akan terus meningkatkan ilmunya, memperkuat ibadahnya, dan memperbaiki akhlaknya agar mampu menjadi contoh nyata bagi anak-anaknya. Dengan menjadi figur yang kokoh, anak-anak akan tumbuh dengan identitas keislaman yang kuat, mampu memilah mana yang baik dan mana yang merusak.
Menjadi ayah yang baik bukanlah perkara mudah, tetapi bukan pula sesuatu yang mustahil. Dengan niat yang lurus, usaha yang sungguh-sungguh, dan mengikuti teladan Rasulullah ﷺ, setiap pria Muslim bisa menjadi ayah yang dicintai oleh anak-anaknya, dihormati oleh istrinya, dan diridhai oleh Allah. Dalam rumah tangga yang Islami, peran ayah bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai fondasi yang kokoh dalam membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Seiring berjalannya waktu, peran ayah yang dilakukan dengan penuh amanah dan keikhlasan akan membuahkan generasi yang tangguh, cerdas, dan bertakwa. Itulah investasi terbesar yang akan dibawa hingga ke akhirat kelak.