Jadi lebih baik dari ayah, nak, adalah harapan yang tulus dari setiap orang tua yang mencintai anaknya sepenuh hati. Dalam relung hati terdalam, ayah tidak pernah menginginkan anaknya berjalan di jalan yang penuh kesalahan yang pernah ia tempuh, justru ia ingin agar anaknya menapaki jalan kehidupan dengan cahaya hidayah dan petunjuk yang lebih terang. Seorang ayah bisa saja pernah jatuh, tergelincir, atau lemah dalam menunaikan kewajiban agama dan tanggung jawab moralnya. Namun di balik semua itu, tersimpan keinginan agar anaknya tidak menapaki jejak yang sama, melainkan melampauinya dalam kebaikan dan ketakwaan.
Nak, ketahuilah bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda dalam hadist riwayat Muslim, “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” Dari sabda ini, tergambar jelas betapa pentingnya peran seorang anak dalam menyempurnakan dan melanjutkan amal kebajikan orang tuanya. Seorang anak yang shalih bukan hanya menjadi penerus garis keturunan, tetapi juga menjadi cahaya yang menerangi kubur orang tuanya, dan menjadi jalan bagi keberkahan yang tak terputus.
Menjadi lebih baik dari ayah bukan berarti mengingkari jasa dan pengorbanan yang telah dilakukan sang ayah. Sebaliknya, itu adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada orang tua, ketika anak mampu menunjukkan bahwa didikan dan perjuangan orang tua telah membuahkan hasil yang manis. Dalam setiap langkah kebaikan yang dilakukan anak, ada bagian dari doa dan cucuran keringat sang ayah yang turut menyertainya. Maka, ketika seorang anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Allah, lebih cerdas, lebih berakhlak mulia, dan lebih bermanfaat bagi sesama, sejatinya ia tengah mengangkat derajat orang tuanya di sisi manusia dan di sisi Allah.
Namun, perjalanan menuju kebaikan tidak selalu mudah, nak. Banyak rintangan dan godaan yang akan mencoba menjauhkanmu dari nilai-nilai luhur yang telah diajarkan. Akan ada masa-masa di mana dunia menawarkan gemerlap yang memabukkan, membutakan mata hati, dan menggelincirkan langkah. Tapi ingatlah selalu bahwa engkau tidak sendiri. Doa ayah dan ibu akan selalu menjadi perisai tak terlihat yang melindungimu dari kejatuhan yang dalam. Setiap sujud dan dzikir mereka menyebut namamu, berharap agar engkau menjadi insan yang diridhai Allah dan membawa keberkahan bagi orang-orang di sekelilingmu.
Ayah mungkin tidak sempurna, bahkan bisa jadi banyak kekurangan yang kau lihat dalam dirinya. Tetapi jangan jadikan itu alasan untuk meremehkannya. Justru jadikanlah itu sebagai dorongan untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih baik. Bila ayah dulu belum bisa menghafal Al-Qur’an, maka jadilah engkau penghafal Al-Qur’an. Bila ayah belum istiqamah dalam berjamaah ke masjid, maka jadilah engkau orang yang tak pernah meninggalkan shalat berjamaah. Bila ayah belum banyak bersedekah, maka tebarkanlah harta yang engkau miliki untuk kaum fakir dan miskin. Dalam setiap kebaikanmu, akan mengalir pahala bagi ayahmu, karena engkau adalah buah dari pohon yang ia tanam dengan cinta dan pengorbanan.
Wahai anakku, dunia ini hanya sebentar. Jangan habiskan waktumu mengejar hal-hal yang fana dan melupakan tujuan abadi yang lebih besar. Kelak, ayah tidak akan bisa selamanya bersamamu. Akan datang saatnya di mana ayah harus pergi, meninggalkan dunia ini dan menghadap Rabb Yang Maha Kuasa. Di saat itulah, amal kebaikanmu akan menjadi pelita bagi ruh ayah, dan doa-doamu akan menjadi penyejuk bagi kubur ayah. Maka, tanamkan dalam hatimu niat yang tulus untuk menjadi lebih baik dari ayah bukan karena kesombongan, tetapi karena cinta dan tanggung jawab.
Ketika engkau kelak menjadi ayah, engkau akan memahami betapa beratnya beban dan betapa dalamnya kasih sayang yang disembunyikan dalam diam oleh seorang ayah. Engkau akan tahu bahwa dibalik teguran keras ada rasa takut yang mendalam, dan di balik diam yang panjang ada doa yang tak henti dipanjatkan. Maka, teruslah berusaha menjadi anak yang membanggakan, bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Rasulullah ﷺ juga bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi). Maka jadilah engkau anak yang lembut tutur katanya, ringan tangannya dalam membantu, dan sabar dalam menghadapi kelemahan orang tuanya. Dengan begitu, engkau tidak hanya menjadi lebih baik dari ayahmu dalam hal dunia, tetapi juga lebih utama dalam hal akhlak dan kebaikan.
Banyak orang tua yang merasa bahwa mereka tidak mampu memberikan harta, warisan, atau pendidikan terbaik kepada anak-anaknya. Namun, harapan agar anak-anak mereka menjadi lebih baik tetap tidak pernah pudar. Maka jangan sia-siakan harapan itu. Balaslah dengan menjadi pribadi yang menegakkan nilai-nilai Islam, menjaga shalat, memperdalam ilmu agama, berbakti kepada orang tua, dan menyebarkan manfaat kepada umat.
Nak, jadi lebih baik dari ayah bukanlah kompetisi, melainkan amanah. Sebuah tanggung jawab luhur yang jika engkau jalani dengan ikhlas dan penuh kesungguhan, maka engkau akan menjadi kebanggaan dunia dan akhirat. Semoga Allah menjadikanmu anak yang shalih, yang tidak hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga menjadi perbaikan bagi keluarga, masyarakat, dan umat seluruhnya. Dan semoga setiap langkah kebaikanmu menjadi penebus atas segala kekurangan dan dosa ayah di masa lalu. Aamiin.