Minum merupakan bagian dari kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan. Setiap hari tubuh memerlukan cairan agar sistem metabolisme berjalan lancar dan kesehatan tetap terjaga. Namun dalam ajaran Islam, kegiatan sehari-hari seperti minum bukan hanya rutinitas biasa, melainkan ibadah yang memiliki tata cara, adab, serta nilai spiritual tersendiri. Oleh karena itu, Islam menetapkan aturan dan etika dalam minum yang mencerminkan kemuliaan ajaran syariat.
Islam adalah agama yang sempurna, mengatur segala aspek kehidupan, termasuk kebiasaan kecil yang sering kali diabaikan oleh banyak orang. Dalam hal minum, Rasulullah ﷺ memberikan teladan yang sangat rinci. Cara beliau meminum air, pilihan waktu, posisi tubuh, hingga ucapan sebelum dan sesudah minum mengandung hikmah dan pelajaran yang dalam. Keseluruhan tata cara itu tidak hanya membawa keberkahan, tetapi juga menjaga kesehatan jasmani dan menumbuhkan rasa syukur dalam hati.
Salah satu adab yang sangat dianjurkan dalam Islam ketika hendak minum adalah membaca basmalah, yaitu mengucapkan “Bismillah” sebelum menyentuh air. Kalimat ini menjadi penanda bahwa seorang hamba sadar bahwa segala sesuatu, termasuk air yang akan diminum, berasal dari Allah semata. Dengan menyebut nama-Nya, kita menjadikan aktivitas minum sebagai bentuk ibadah dan pengakuan atas limpahan rahmat-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebutlah nama Allah dan minumlah dengan tangan kananmu.” (HR. Muslim). Hadist ini menegaskan bahwa minum pun harus dilakukan dengan tangan kanan sebagai bentuk ketaatan.
Minum dengan tangan kanan bukanlah sekadar tradisi, melainkan bentuk penghambaan dan penghormatan terhadap sunnah Nabi. Tangan kanan melambangkan kemuliaan dan kebaikan, sedangkan tangan kiri biasanya digunakan untuk hal-hal yang kurang bersih. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ melarang umatnya minum dengan tangan kiri, sebagaimana sabdanya, “Janganlah salah seorang di antara kalian makan dengan tangan kiri, dan jangan pula minum dengan tangan kiri, karena setan makan dan minum dengan tangan kiri.” (HR. Muslim). Larangan ini mengajarkan kita untuk senantiasa berusaha mengikuti petunjuk Rasul, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun.
Dalam tata cara minum, dianjurkan pula untuk tidak meniup minuman. Meniup air atau minuman dianggap tidak sopan dan tidak higienis, terutama jika dilakukan dalam wadah yang sama dan diminum bersama orang lain. Rasulullah ﷺ melarang meniup minuman, sebagaimana disebutkan dalam hadist riwayat At-Tirmidzi, bahwa Nabi melarang seseorang meniup ke dalam minumannya. Hal ini bukan hanya terkait dengan kebersihan, tetapi juga tentang kesabaran dan ketenangan hati dalam menikmati nikmat Allah.
Rasulullah ﷺ juga mengajarkan bahwa sebaiknya minum dilakukan sambil duduk. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah melarang umatnya minum sambil berdiri. Sekalipun dalam beberapa kondisi beliau pernah melakukannya, namun yang lebih utama dan lebih sering beliau lakukan adalah minum dalam keadaan duduk. Duduk saat minum menunjukkan ketenangan, kesopanan, dan tidak tergesa-gesa. Ini juga membantu tubuh menerima air dengan cara yang lebih sehat.
Selain duduk, Rasulullah ﷺ mengajarkan agar air diminum secara perlahan dan tidak langsung habis dalam satu tegukan. Dalam hadist disebutkan bahwa beliau minum dalam tiga kali tegukan, dan pada setiap jeda beliau mengucapkan pujian kepada Allah. Cara ini tidak hanya menyehatkan, karena memberi kesempatan tubuh untuk menyerap air dengan baik, tetapi juga menjadi momen untuk merenungkan nikmat yang sedang diterima. Setiap tegukan air membawa kehidupan, dan setiap kehidupan berasal dari kemurahan Allah.
Minum dengan cara perlahan-lahan menunjukkan kesopanan dan pengendalian diri. Tidak tergesa-gesa adalah ciri dari ketenangan jiwa. Selain itu, dengan jeda setiap tegukan, kita dapat mengucapkan pujian atau doa. Dalam salah satu riwayat disebutkan, Rasulullah ﷺ mengucapkan “Alhamdulillah” setelah minum, sebagai bentuk syukur atas rezeki yang diberikan. Rasa syukur yang tulus akan membawa hati menjadi tenang dan menumbuhkan kesadaran bahwa setiap tetes air adalah karunia dari-Nya.
Adab minum dalam Islam juga mencakup kepedulian terhadap sesama. Jika seseorang sedang minum bersama orang lain, maka hendaknya tidak memonopoli air atau wadah minuman. Islam mengajarkan untuk berbagi, menghormati giliran, dan tidak menyisakan hanya sedikit bagi orang lain. Dalam hadist disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ selalu memberi minum kepada orang lain terlebih dahulu, terutama orang yang lebih tua atau lebih dihormati. Sikap ini menunjukkan kasih sayang, kesopanan, dan rasa tanggung jawab terhadap sesama Muslim.
Ketika seseorang merasa kenyang setelah minum, maka hendaknya ia mengakhiri dengan memuji Allah. Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk mengucapkan “Alhamdulillah alladzi saqani hadza wa razaqanihi min ghairi hawlin minni wa la quwwah,” yang artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah memberiku minum ini dan menganugerahkannya kepadaku tanpa daya dan kekuatanku.” (HR. Abu Dawud). Doa ini mencerminkan kerendahan hati seorang hamba yang menyadari bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah, bukan karena kemampuan dirinya.
Adab minum juga berarti tidak mencela air atau minuman yang disediakan. Rasulullah ﷺ tidak pernah mencela makanan ataupun minuman. Jika beliau menyukainya, beliau meminumnya, dan jika tidak, beliau hanya meninggalkannya tanpa berkata buruk. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi etika dan akhlak dalam hal apapun, termasuk dalam menerima atau menolak sesuatu.
Selain itu, Islam mengajarkan agar tidak berlebihan dalam minum. Meskipun air adalah kebutuhan tubuh, tetapi segala sesuatu yang berlebihan tidak disukai dalam Islam. Dalam Surah Al-A’raf ayat 31, Allah berfirman, “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Ayat ini menjadi landasan bahwa moderasi dalam segala hal adalah bagian dari iman. Minum secukupnya menjaga tubuh tetap sehat, sekaligus menunjukkan bahwa kita mampu mengendalikan hawa nafsu.
Menjaga kebersihan wadah minuman juga merupakan bagian dari adab dalam Islam. Rasulullah ﷺ sangat memperhatikan kebersihan, baik dalam makanan maupun minuman. Beliau tidak suka minum dari wadah yang kotor atau yang digunakan oleh hewan. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, yang pada akhirnya menjaga tubuh dari berbagai penyakit.
Anak-anak sejak kecil sebaiknya diajarkan adab minum ini, karena kebiasaan baik yang ditanamkan sejak dini akan terbawa hingga dewasa. Ketika seorang anak terbiasa membaca doa sebelum minum, menggunakan tangan kanan, duduk dengan tenang, dan mengucapkan syukur setelahnya, maka ia sedang dibimbing menjadi pribadi yang santun, bersyukur, dan bertakwa. Pendidikan adab adalah fondasi penting dalam membentuk karakter mulia seorang Muslim.
Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan adab minum kepada anak-anak. Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan teladan nyata. Ketika anak melihat orang tuanya minum dengan cara yang diajarkan Rasulullah ﷺ, maka ia akan lebih mudah meniru dan mengikutinya. Lingkungan keluarga menjadi madrasah pertama yang sangat menentukan arah akhlak anak-anak di masa depan.
Setiap tegukan air yang kita nikmati hendaknya menjadi momen perenungan akan nikmat yang tidak ternilai ini. Di banyak tempat, air bersih sulit ditemukan. Banyak saudara kita yang harus berjalan jauh hanya untuk mendapatkan seteguk air. Ketika kita tinggal di tempat yang mudah mendapatkan air, maka bersyukur adalah kunci utama. Syukur yang diiringi dengan penggunaan nikmat sesuai tuntunan Islam akan membawa berkah dalam kehidupan.
Dengan demikian, adab dan tata cara minum dalam Islam bukan sekadar aturan, tetapi jalan menuju kesempurnaan akhlak dan ketaatan. Ketika seseorang memperhatikan hal-hal kecil seperti cara minum, maka itu menunjukkan keimanan yang hidup dan perhatian terhadap sunnah Nabi. Dalam setiap aktivitas harian, ada peluang untuk meraih pahala dan mendekatkan diri kepada Allah.
Semoga kita semua senantiasa mampu mengamalkan adab-adab ini dalam kehidupan sehari-hari, menjadikannya bagian dari kebiasaan yang penuh kesadaran, dan mengajarkannya kepada generasi berikutnya sebagai warisan akhlak Islam yang mulia.