Doa Memulai Perjalanan Jauh

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak luput dari kebutuhan untuk melakukan perjalanan. Baik itu perjalanan untuk menunaikan tugas pekerjaan, bersilaturahmi dengan keluarga, menuntut ilmu, maupun sekadar mencari ketenangan jiwa. Dalam Islam, setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang Muslim memiliki adab dan tuntunan tersendiri. Salah satu bentuk adab dalam perjalanan adalah membaca doa ketika hendak memulai perjalanan jauh. Doa tersebut bukan sekadar bacaan ritual, melainkan bentuk pengakuan atas kelemahan manusia dan ketergantungannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika seseorang hendak bepergian, tentu ada harapan agar perjalanan itu berjalan lancar, aman, dan membawa keberkahan. Oleh karena itu, doa memulai perjalanan bukan sekadar tradisi, namun bagian dari ibadah yang menyertai niat yang baik. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila Rasulullah naik kendaraan untuk melakukan perjalanan, beliau mengucapkan: ‘Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Subhaanalladzii sakhkhara lanaa haadzaa wamaa kunnaa lahu muqriniin. Wa innaa ilaa Rabbinaa lamunqalibuun.'” (HR. Muslim). Kalimat ini memiliki makna yang dalam, menyiratkan rasa syukur atas nikmat kendaraan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.

Muslim yang memahami makna doa ini akan menyadari bahwa setiap perjalanan mengandung risiko. Oleh karena itu, penting untuk bersandar kepada perlindungan Ilahi dalam setiap langkahnya. Tak hanya itu, doa ini juga menanamkan keyakinan bahwa setelah menempuh perjalanan dunia, pada akhirnya manusia akan kembali kepada Rabb-nya. Kesadaran ini menjadi bekal spiritual yang membuat perjalanan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga bernilai ibadah.

Selain bacaan doa saat menaiki kendaraan, ada juga adab lain seperti berpamitan kepada keluarga, meminta didoakan, dan menjaga akhlak selama di perjalanan. Semua itu menjadi satu kesatuan dari etika Islam dalam bermusafir. Di sinilah doa menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhannya, juga penguat hati di tengah ketidakpastian perjalanan.

Doa juga merupakan cermin ketundukan seorang hamba. Dalam kondisi jauh dari rumah, jauh dari zona nyaman, manusia menjadi lebih rentan, lebih sadar akan keterbatasannya. Maka di saat-saat seperti itulah doa menjadi penguat iman. Sebab, meskipun kendaraan telah disiapkan, rute telah direncanakan, dan perlengkapan telah dibawa, tetap saja keselamatan hakikatnya berada di tangan Allah semata.

Dengan membaca doa sebelum bepergian, seseorang menunjukkan bahwa ia menggantungkan harapan hanya kepada Sang Pencipta. Ia memohon dijauhkan dari segala keburukan, baik di jalanan maupun di tempat tujuan. Doa menjadi perisai spiritual dari marabahaya, juga penenang hati yang gelisah karena harus berpisah dari keluarga tercinta.

Dalam konteks yang lebih luas, doa perjalanan mengajarkan nilai tawakal. Ketika seseorang menyerahkan segala urusannya kepada Allah setelah melakukan ikhtiar maksimal, maka lahirlah ketenangan dan keyakinan bahwa semua akan berada dalam penjagaan Allah. Itulah buah dari keyakinan dan pengamalan doa yang sebenarnya.

Lebih dari itu, doa memulai perjalanan menjadi pengingat bahwa hidup ini pada hakikatnya adalah perjalanan panjang menuju kampung akhirat. Setiap langkah di dunia ini merupakan bagian dari safar menuju tempat kembali yang hakiki. Maka, siapa yang memulai perjalanan duniawi dengan mengingat Allah, niscaya ia juga akan dimudahkan dalam perjalanan ukhrawi kelak.

Dalam surah Az-Zukhruf ayat 13-14, Allah berfirman: “…supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu mengingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya dan supaya kamu mengucapkan: ‘Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.'” Ayat ini tidak hanya menunjukkan betapa besar karunia Allah, tetapi juga menanamkan kesadaran untuk kembali kepada-Nya dalam segala hal.

Maka jelas bahwa doa dalam perjalanan bukan sekadar bacaan pelengkap, melainkan bagian dari kesadaran spiritual seorang Muslim. Ia menjadi alarm hati untuk tidak sombong atas perencanaan dan kemampuan, serta menjadi tali penghubung antara hamba dan Rabb-nya. Dengan memulai perjalanan dalam naungan doa, seorang Muslim tidak hanya menempuh jarak secara fisik, namun juga berjalan menuju ridha Allah.

Semakin sering seseorang membiasakan membaca doa ketika bepergian, semakin ia merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya. Doa itu akan menjadi teman setia dalam sepi, penyejuk hati di tengah kerinduan, dan pengingat bahwa tak ada tempat paling aman selain dalam penjagaan Allah. Bahkan ketika seseorang harus menghadapi rintangan, cuaca buruk, ataupun keterlambatan, doa itu akan menjadi pelipur lara yang menguatkan keyakinan bahwa semua ada hikmahnya.

Oleh sebab itu, mari jadikan doa sebagai bagian tak terpisahkan dari setiap perjalanan kita. Sebab dalam doa itu tersimpan ketenangan, keberkahan, dan penjagaan dari Sang Maha Menjaga. Doa menjadi saksi bahwa setiap langkah yang kita ambil bukan sekadar untuk dunia, tetapi juga demi kebaikan akhirat yang abadi.

Youtube YBUN

Anak-anak Penghafal Alquran 30 Juz

Berita Terbaru