Janji Allah kepada orangtua para penghafal Al-Qur’an adalah bagian dari kemuliaan yang tidak ternilai harganya dalam Islam. Ketika seorang anak mampu menghafal kalam Allah dengan baik dan istiqamah, maka sejatinya bukan hanya ia yang dimuliakan, melainkan juga kedua orangtuanya. Keringat, doa, dan pengorbanan orangtua yang membesarkan dan membimbing anaknya dalam jalan Al-Qur’an akan dibalas dengan balasan yang agung dari sisi Allah Ta’ala. Tidak hanya berupa pahala di dunia, tetapi juga kehormatan dan kemuliaan yang luar biasa di akhirat kelak. Dalam hal ini, Islam tidak hanya memuliakan individu yang menghafal Al-Qur’an, tetapi juga memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada orang-orang yang berperan dalam prosesnya.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim: “Barangsiapa membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, lalu mengamalkannya, maka akan dipakaikan kepada kedua orangtuanya mahkota dari cahaya, yang sinarnya seperti sinar matahari. Dan keduanya akan dikenakan dua perhiasan yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Maka keduanya berkata: Mengapa kami diberikan semua ini? Lalu dijawab: Karena anak kalian mengambil (mengamalkan) Al-Qur’an.” Hadist ini menegaskan bahwa orangtua dari seorang hafizh Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan luar biasa di akhirat, yaitu dikenakan mahkota bercahaya dan perhiasan yang lebih berharga daripada seluruh kekayaan dunia.
Balasan ini tentu bukan tanpa alasan. Menghafal Al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia, membutuhkan kesungguhan, kedisiplinan, dan hati yang bersih. Di balik keberhasilan seorang anak menjadi hafizh, terdapat jerih payah orangtua yang tidak henti-hentinya mendorong, mengingatkan, bahkan menjadi pendukung moral dan spiritual selama bertahun-tahun. Maka sangatlah pantas jika Allah memberikan kemuliaan kepada mereka. Seorang ayah dan ibu yang meneteskan air mata dalam doanya, yang menghabiskan malam dengan sujud dan munajat agar anaknya diberi kekuatan untuk menjaga hafalannya, adalah orangtua yang kelak akan berdiri dalam barisan orang-orang yang dimuliakan di sisi Allah.
Kemuliaan ini bukan hanya janji kosong, tetapi juga menjadi motivasi bagi setiap Muslim untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat pendidikan keluarga. Ketika rumah dihiasi dengan suara lantunan ayat-ayat suci, maka keberkahan akan senantiasa turun ke dalamnya. Rumah yang Al-Qur’an dibacakan di dalamnya akan menjadi bercahaya bagi para malaikat, sebagaimana bintang-bintang bersinar bagi penduduk bumi. Hal ini menunjukkan bahwa mendidik anak menjadi penghafal Al-Qur’an bukan hanya tentang investasi akhirat, tetapi juga tentang menciptakan suasana rumah yang penuh dengan keberkahan dan ketenangan.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa menghafal Al-Qur’an adalah hal yang berat, apalagi bagi anak-anak yang masih belajar dan bermain. Namun sesungguhnya, masa kanak-kanak adalah masa emas dalam pembentukan hafalan. Di usia muda, daya ingat anak sangat kuat, dan kemurnian hati mereka membuat hafalan lebih mudah melekat. Maka orangtua yang bijak akan memanfaatkan masa ini dengan sebaik mungkin, menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an sejak dini, serta menjadikannya sebagai bagian dari aktivitas harian, bukan sebagai beban. Seorang ibu yang dengan sabar mendengarkan hafalan anaknya, atau ayah yang menyempatkan diri menyimak muraja’ah anaknya meskipun lelah sepulang kerja, adalah contoh nyata dari pengorbanan yang akan dibalas dengan cahaya di hari kiamat.
Al-Qur’an adalah petunjuk hidup, sumber kebijaksanaan, dan penawar bagi hati yang gelisah. Menjadikan anak seorang hafizh Al-Qur’an adalah sama dengan membekalinya dengan kompas kehidupan yang tak akan hilang arah. Dan lebih dari itu, anak yang tumbuh dengan Al-Qur’an dalam hatinya akan menjadi pribadi yang lembut, berakhlak mulia, dan memiliki kecintaan yang mendalam terhadap agamanya. Maka setiap orangtua yang sungguh-sungguh menanamkan Al-Qur’an dalam jiwa anaknya, sesungguhnya sedang membentuk generasi yang akan menjadi cahaya di tengah gelapnya zaman.
Islam menempatkan ilmu sebagai sesuatu yang sangat tinggi derajatnya. Dan Al-Qur’an adalah ilmu yang paling agung. Maka tidak heran jika para ulama terdahulu begitu menghormati dan menghargai orang-orang yang hafal Al-Qur’an, bahkan menjadikan mereka sebagai imam dalam sholat, panutan dalam masyarakat, dan pemimpin dalam komunitas. Dari sini, bisa dipahami bahwa orangtua yang mengarahkan anaknya menjadi penghafal Al-Qur’an, sejatinya sedang mempersiapkan pemimpin masa depan yang akan membawa cahaya dalam masyarakat.
Janji Allah bukan sekadar balasan di akhirat, tetapi juga keberkahan dalam kehidupan dunia. Banyak kisah nyata yang memperlihatkan bagaimana keluarga para penghafal Al-Qur’an mendapatkan kemudahan dalam hidup, kelapangan rezeki, ketenangan batin, serta dijauhkan dari berbagai kesulitan. Meskipun hidup mereka tidak mewah, namun hati mereka dipenuhi ketenangan. Ini adalah bentuk janji Allah yang langsung terasa sejak di dunia, sebagaimana dalam firman-Nya, “Barang siapa yang beramal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik…” (QS. An-Nahl: 97). Kehidupan yang baik ini adalah kehidupan yang penuh dengan berkah, kebahagiaan, dan kedamaian.
Kesungguhan orangtua dalam mendidik anaknya untuk menghafal Al-Qur’an akan menjadi catatan amal jariyah yang terus mengalir. Setiap huruf yang dibaca oleh anak tersebut, akan mendatangkan pahala bagi orangtuanya. Bahkan ketika sang anak mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain, rantai pahala itu akan terus mengalir. Maka sungguh beruntunglah orangtua yang mengambil jalan ini, meskipun harus melalui proses yang panjang dan penuh ujian. Karena mereka sedang menanam pohon yang buahnya akan terus bisa dinikmati bahkan setelah mereka tiada.
Tidak ada alasan bagi orangtua untuk meragukan balasan Allah. Ketika jalan Al-Qur’an telah menjadi pilihan, maka segala ujian yang datang adalah bentuk ujian cinta dari Allah. Terkadang, proses menghafal Al-Qur’an tidaklah mudah, banyak rintangan dan godaan, baik dari anak maupun lingkungan. Namun, siapa yang bersabar dan terus berdoa, maka pertolongan Allah akan datang. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Menghafal Al-Qur’an termasuk dalam menuntut ilmu, dan jalan ini akan mengantar ke surga, tidak hanya bagi anak, tetapi juga bagi orangtua yang menjadi bagian dari perjuangan tersebut.
Menggantungkan cita-cita pada kemuliaan Al-Qur’an adalah impian yang tidak pernah sia-sia. Ketika seorang ibu berdoa dengan air mata agar anaknya menjadi penjaga kalam Allah, maka langit akan terbuka untuk mengaminkan doanya. Ketika seorang ayah mengantar anaknya ke tempat tahfizh setiap hari, maka langkah kakinya akan menjadi saksi di hadapan Allah kelak. Setiap detik yang digunakan untuk membimbing anak dalam Al-Qur’an adalah investasi yang nilainya jauh melampaui harta dunia.
Keluarga yang membesarkan anak penghafal Al-Qur’an akan menjadi bagian dari keluarga Al-Qur’an. Dan Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Para ahli Al-Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad). Hadist ini menegaskan bahwa keluarga yang hidup bersama Al-Qur’an akan mendapatkan kedudukan istimewa di sisi Allah.
Maka dari itu, tidak ada pilihan yang lebih mulia bagi orangtua selain menjadikan Al-Qur’an sebagai warisan terbaik bagi anak-anak mereka. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “Tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih utama daripada pendidikan yang baik.” (HR. Tirmidzi). Dan pendidikan terbaik adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai fondasi dalam hidup mereka. Anak yang tumbuh dengan Al-Qur’an akan memiliki kekuatan moral dan spiritual yang kokoh, tidak mudah goyah oleh pengaruh zaman, dan selalu memiliki tempat kembali ketika tersesat.
Dengan segala kemuliaan dan balasan yang telah dijanjikan, menjadi orangtua dari penghafal Al-Qur’an adalah anugerah yang patut disyukuri. Sebuah kehormatan yang tidak bisa dibandingkan dengan gelar apapun di dunia. Karena Allah sendiri yang akan memuliakan, di dunia dan di akhirat. Maka marilah kita semua berlomba-lomba untuk mendidik anak-anak kita dengan Al-Qur’an, agar kelak kita dipanggil oleh Allah dengan sebutan yang mulia, dan diberi mahkota cahaya sebagai bukti cinta-Nya kepada hamba yang memuliakan kalam-Nya.