Menakar impian dan harapan dengan doa bukanlah sebuah tindakan yang sia-sia, justru menjadi jalan yang menghubungkan antara keinginan hamba dengan kehendak Sang Pencipta. Dalam kehidupan yang sarat tantangan dan penuh lika-liku, manusia sering kali memendam banyak harapan, cita-cita, dan impian besar. Namun, tanpa sandaran kepada Allah, semua keinginan itu ibarat kapal tanpa nahkoda, mudah goyah diterjang badai. Maka, doa menjadi jembatan spiritual untuk menyerahkan segala hasrat kepada Tuhan yang Maha Kuasa, sekaligus sebagai wujud kerendahan hati manusia di hadapan-Nya.
Doa adalah senjata mukmin, pelindung dari keputusasaan, dan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Ia bukan sekadar permintaan, tetapi juga bentuk pengakuan akan kelemahan dan ketergantungan manusia terhadap kuasa Ilahi. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda: “Doa adalah otaknya ibadah.” Artinya, segala bentuk ibadah yang dilakukan, sejatinya terlahir dari dorongan hati yang senantiasa mengharap dan memohon kepada Allah. Dengan berdoa, seorang hamba telah menunjukkan cintanya kepada Tuhan dan kerinduannya akan kasih sayang-Nya.
Ketika seseorang menakar impiannya dengan doa, ia sedang berusaha untuk menyelaraskan antara ikhtiar dan tawakal. Ia tidak hanya bekerja keras, tetapi juga memasrahkan hasil kepada yang Maha Menentukan. Dalam keyakinan Islam, segala sesuatu terjadi atas izin dan kehendak Allah. Maka, dalam mewujudkan impian, seseorang tak boleh hanya mengandalkan logika dan tenaga, melainkan juga harus menyertakan doa sebagai kekuatan batin yang melapangkan jalan. Dalam surat Al-Baqarah ayat 186, Allah berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.”
Ayat tersebut menjadi bukti bahwa Allah bukanlah Zat yang jauh dan tidak peduli, tetapi Dia sangat dekat dan selalu mendengar. Bahkan, ketika seseorang belum mengucapkan doa dalam lisan, Allah sudah mengetahui apa yang tersembunyi dalam dada. Maka, harapan dan impian yang dibalut dalam doa akan lebih mudah dikabulkan, terlebih jika disertai dengan kesungguhan dan keyakinan. Dalam hadist riwayat Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin bahwa doa kalian akan dikabulkan.”
Dalam realitas kehidupan, tidak sedikit orang yang merasa putus asa ketika harapan tak kunjung terwujud. Namun Islam mengajarkan bahwa doa bukan hanya untuk dikabulkan secara instan, tapi juga sebagai cara untuk membentuk keimanan dan keteguhan hati. Bahkan jika impian belum juga tercapai, setiap doa yang dipanjatkan tetap menjadi amal kebaikan yang tercatat di sisi Allah. Sering kali, Allah menunda pengabulan doa karena ingin memberikan yang lebih baik, atau menyelamatkan kita dari sesuatu yang kita tidak ketahui bahayanya.
Menakar impian dengan doa juga berarti menimbang apakah keinginan kita sesuai dengan nilai-nilai Islam dan maslahat dunia akhirat. Dalam doa, kita diajarkan untuk memohon yang terbaik, bukan hanya yang kita inginkan. Doa istikharah adalah contoh nyata bagaimana Islam membimbing umatnya untuk menyerahkan urusan besar kepada Allah agar diberi keputusan terbaik. Maka, impian yang dibalut dalam keikhlasan dan disertai kerendahan hati akan lebih dekat kepada ridha Allah.
Sering kali, impian dan harapan juga menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Seorang ibu yang memohon agar anaknya menjadi hafidz Al-Qur’an, seorang pelajar yang berharap diterima di tempat terbaik, seorang pekerja yang ingin hidup layak dan halal, semua itu menjadi motivasi untuk memperbanyak doa dan memperbaiki amal. Dalam momen-momen keputusasaan dan kegagalan, justru doa menjadi penguat jiwa, penyembuh luka, dan sumber ketenangan yang hakiki.
Tidak ada batasan dalam berdoa, tidak ada larangan untuk berharap setinggi langit, karena rahmat Allah lebih luas dari apapun yang kita impikan. Bahkan jika seluruh manusia di bumi ini meminta kepada Allah dalam satu waktu yang sama, dan Allah mengabulkan semuanya, itu tidak akan mengurangi sedikit pun kekuasaan-Nya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim, di mana Allah berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang pertama dan terakhir di antara kalian, manusia dan jin, berdiri di satu tempat dan masing-masing meminta kepada-Ku, lalu Aku kabulkan semuanya, itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku seperti jarum yang dicelupkan ke laut.”
Dengan pemahaman ini, seseorang tidak akan merasa malu atau takut untuk bermimpi besar dan berharap tinggi. Karena sesungguhnya, batasan terbesar bukanlah ketidakmungkinan, tapi kurangnya keyakinan dalam berdoa. Maka, dalam menakar impian, seorang Muslim harus membingkainya dengan doa yang penuh harap dan yakin, serta dibarengi dengan usaha dan ketekunan.
Di sisi lain, doa juga mendidik hati untuk bersabar dan bersyukur. Saat doa belum dikabulkan, seseorang belajar untuk bersabar. Ketika impian terwujud, ia belajar untuk bersyukur. Dua hal ini adalah fondasi utama dalam membangun jiwa yang kuat dan tegar. Maka, menakar impian dengan doa bukan hanya soal hasil, tetapi juga proses untuk menjadi pribadi yang lebih dekat kepada Allah.
Ketika kita merenungi kehidupan para Nabi dan Rasul, mereka semua menakar impian dan harapan mereka dengan doa. Nabi Ibrahim berdoa agar dikaruniai anak yang saleh, dan lahirlah Nabi Ismail. Nabi Zakaria berdoa dalam usia tua untuk memiliki keturunan, lalu Allah mengaruniakan Yahya. Bahkan Rasulullah ﷺ pun terus berdoa untuk kemenangan Islam, untuk umatnya, dan untuk kelangsungan dakwah. Maka jelas, doa adalah bagian dari tradisi kenabian yang harus dijaga dan diamalkan oleh setiap Muslim.
Dengan demikian, menakar impian dan harapan dengan doa adalah cara hidup yang penuh keimanan. Ia bukan pelarian dari kenyataan, tetapi kekuatan untuk menghadapi kenyataan. Ia bukan bentuk kelemahan, tetapi justru sumber kekuatan batin yang tak tergoyahkan. Dalam setiap impian yang disertai doa, ada keyakinan bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Dan dalam setiap harapan yang dibalut ketundukan kepada-Nya, ada kemuliaan yang menanti.
Maka, jangan pernah berhenti berdoa. Jangan malu untuk berharap. Jangan takut untuk bermimpi. Karena bersama doa, ada kekuatan yang tak terlihat namun sangat nyata. Bersama doa, ada jalan yang terbuka ketika semua pintu tertutup. Dan bersama doa, impian yang tampaknya jauh, bisa menjadi nyata dengan izin dan pertolongan Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.